Seringkali saat hendak mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium, kita kesulitan karena jarangnya SPBU yang menjual bahan bakar jenis Premium, terutama bagi yang fanatik dengan BBM dengan kadar Research Octane Number (RON) 88 tersebut. Tentu saja hal ini membuat tidak nyaman bagi konsumen Premium karena mereka terkadang harus berjalan lebih jauh untuk mendapatkan Premium. Ditambah lagi dengan kebijakan larangan menjual Premium kepada pengecer. Lalu pertanyaannya adalah mengapa tidak semua (bahkan jarang) SPBU yang menjual Premium?.
Banyak pengusaha SPBU tidak menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium seiring meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Ketua DPD III Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Wilayah Jabar DKI dan Banten Juan Tarigan mengatakan, jika masyarakat menemukan ada SPBU yang tidak menjual Premium, hal tersebut bukan disebabkan oleh pengurangan pasokan atau peniadaan Premium dari PT Pertamina (Persero). (Sumber:Liputan6.com)
Juan mengungkapkan, pengusaha SPBU melihat konsumsi Premium menurun. Kini banyak masyarakat beralih menggunakan BBM non subsidi antara lain Pertalite dan Pertamax. Karena itu, pengusaha menjual BBM sesuai kebutuhan masyarakat.
Juan melanjutkan, selain memenuhi kebutuhan masyarakat, pengusaha memilih menjual BBM non subsidi karena pertimbangan keuntungan yang lebih besar hampir dua kali lipat. Juan menuturkan, hal tersebut tidak melanggar aturan dan diperbolehkan PT Pertamina (Persero).
"Sehingga mengambil sikap menghilangkan Premium sisi margin besar hampir dua kali lipat sekarang Rp 300 an per liter, kalau tidak jual premium dan solar itu 500 dasar. Itu semata-mata bisnis," tutur Juan.
Juan mengungkapkan, pengusaha SPBU melihat konsumsi Premium menurun. Kini banyak masyarakat beralih menggunakan BBM non subsidi antara lain Pertalite dan Pertamax. Karena itu, pengusaha menjual BBM sesuai kebutuhan masyarakat.
Juan melanjutkan, selain memenuhi kebutuhan masyarakat, pengusaha memilih menjual BBM non subsidi karena pertimbangan keuntungan yang lebih besar hampir dua kali lipat. Juan menuturkan, hal tersebut tidak melanggar aturan dan diperbolehkan PT Pertamina (Persero).
"Sehingga mengambil sikap menghilangkan Premium sisi margin besar hampir dua kali lipat sekarang Rp 300 an per liter, kalau tidak jual premium dan solar itu 500 dasar. Itu semata-mata bisnis," tutur Juan.
PT Pertamina (Persero) sendiri juga memperbolehkan pengusaha SPBU tidak lagi menjual BBM jenis Premium. Namun pengusaha diminta terlebih dulu melihat permintaan pasar. Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina Afandi mengatakan, pengusaha SPBU boleh tidak menjual Premium apabila penjualannya rendah. Rendahnya penjualan menandakan bahwa masyarakat lebih berminat menggunakan BBM nonsubsidi, seperti Pertamax dan Pertalite.
Menurut Afandi, meski diperbolehkan untuk tidak menjual Premium, masih banyak SPBU yang tetap menjual BBM jenis Premium karena permintaannya masih tinggi.
"Ya tergantung permintaan pasarnya dan SPBU lainnya masih banyak yang jual Premium," tutur dia.
Afandi mengungkapkan, menurunnya penjualan Premium disebabkan peralihan konsumsi masyarakat ke BBM nonsubsidi, karena mereka sudah mulai sadar dengan produk BBM yang lebih baik.
"Karena konsumen lebih memilih produk lain yang lebih bagus, seperti Pertalite atau Pertamax dan Pertamax turbo," tutur dia.
Menurut Afandi, meski diperbolehkan untuk tidak menjual Premium, masih banyak SPBU yang tetap menjual BBM jenis Premium karena permintaannya masih tinggi.
"Ya tergantung permintaan pasarnya dan SPBU lainnya masih banyak yang jual Premium," tutur dia.
Afandi mengungkapkan, menurunnya penjualan Premium disebabkan peralihan konsumsi masyarakat ke BBM nonsubsidi, karena mereka sudah mulai sadar dengan produk BBM yang lebih baik.
"Karena konsumen lebih memilih produk lain yang lebih bagus, seperti Pertalite atau Pertamax dan Pertamax turbo," tutur dia.
Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa keputusan pengusaha SPBU untuk meniadakan Premium dari lapak dagangannya adalah karena dua hal.
1. Karena menurunnya minat beli konsumen terhadap Premium sehingga pengusaha SPBU mengalihkan penjualannya kepada jenis BBM yang lebih diminati seperti Pertalite ataupun Pertamax.
2. Karena pertimbangan keuntungan yang lebih besar dari penjualan BBM nonsubsidi. Keuntungan dengan margin hampir dua kali lipat dari penjualan Premium itu, tentu cukup menggiurkan bagi para pengusaha.
Bagi anda yang masih setia menggunakan Premium, saatnya mengambil keputusan: tetap menggunakan Premium dengan harga yang lebih murah namun harus siap dengan segala resiko (kerepotannya); atau beralih ke BBM yang lebih mudah didapat, meskipun harga yang anda bayarkan lebih mahal.
No comments:
Post a Comment