I. PENDAHULUAN
Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan delapan standar pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.[1]Standar-standar tersebut merupakan acuan dan kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.
Supervisi pendidikan, sebagai bagian dari proses penyelenggaraan pendidikan, memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga standar penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervise dan supervisor bertanggung jawab dalam munculnya suatu yang efektif dan efisien dalam program tersebut. Supervisi, menurut Purwanto, ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Supervisi yang lakukan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. Gregorio mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supervisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas.
Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan guru/kepala sekolah dalam suatu bidang. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan supervisi.
Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan beragai cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam menjalankan fungsi supervisi tersebut, seorang supervisor dapat menggunakan berbagai metode dan teknik supervisi. Teknik supervisi pendidikan adalah alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhirnya dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi. Metode dan teknik yang dipergunakan dapat berbeda sesuai dengan jenis supervisi yang sedang dijalankan. Supervisi manajerial memiliki beberapa teknik, misalnya monitoringdan evaluasi, refleksi dan focused on group discussion, metode Delphi dan workshop. Sedangkan teknik supervisi yang dipergunakan dalam rangka supervisi akademik akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan makalah ini. Supervisi akademik biasa juga disebut dengan supervisi pengajaran atau instuctional supervision.
II. RUMUSAN BAHASAN
Sebagaimana uraian pada bab I, maka makalah ini akan membahas beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian metode dan teknik supervisi pendidikan
2. Apa saja metode dan teknik supervisi pendidikan
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan metode dan teknik supervisi pendidikan.
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan
Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang supervisor, dan teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsipnya berusaha merumuskan tujuan supervisi.
Secara etimologi, kata teknik adalah : 1. Pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil. 2. Cara sistematis dalam mengerjakan sesuatu. Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan teknik supervisi adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan supervisi.[2]Sedangkan menurut Piet A.Sahertian supervisi adalah usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya guru.[3]Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru.
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru- guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.[4]
Teknik supervisi pendidikan merupakan alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi.[5]Berdasar pada berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik supervisi pendidikan adalah cara yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhirnya dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
B. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan
Supervisi pengajaran (instructional supervision) merupakan siklus aktifitas antara supervisor dan guru dengan tujuan untuk meningkatkan performa kelas.[6]Supervisi pengajaran bertujuan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya. Melalui supervisi pengajaran diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat. Secara garis besar, teknik supervisi pengajaran, terbagi dalam dua jenis, yaitu supervisi individual dan supervisi kelompok.
1. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.[7]Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Beberapa teknik supervisi yang termasuk dalam supervisi individual antara lain:
a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan (announced visitation) atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu(unannounced visitation), dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri (visit upon invitation).
Ada empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. Ketiga, tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut (feedback). Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut
b. Observasi kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Observasi kelas ini dapat dilaksanakan secara formal maupun informal.[8]
Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
2) cara penggunaan media pengajaran
3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list.
c. Pertemuan individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Setidaknya klasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat macam sebagai berikut:
a. classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d. observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas
Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
d. Kunjungan antar kelas (Intervisitations)
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya.
Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengem- bangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
a. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
b. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
c. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
d. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat.
e. Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
f. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
g. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
e. Penilaian diri sendiri (self evaluation)
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya
Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, disamping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut.
a. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
b. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
2. Teknik supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu, dan kemudian diberikan layanan supervisi secara bersama-sama sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.
Sebenarnya terdapat banyak sekali teknik supervisi kelompok. Namun pada makalah ini hanya akan dibahas beberapa teknik supervisi kelompok, yaitu:
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru (Orientation Meeting for new Teacher)
Pertemuan orientasi adalah salah satu bentuk pertemuan yang bertujuan mengantar guru-guru terutama guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru.[9] Demikian pula terhadap guru-guru yang baru memangku jabatan baru dalam struktur organisasi sekolah. Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini antara lain:
a. Memberikan informasi perkenalan terhadap sistem kerja dari sekolahdengan melalui percakapan bersama diselingi dengan diskusi bersama.
b. Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah, penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
c. Tindak lanjut pertemuan ini biasanya diadakan diskusi, lokakarya, makan bersama, dan sebagainya, agar guru-guru baru itu tidak merasa asing tetapi merasa diterima dalam kelompok guru lain.
d. Memperkenalkan semua staf sekolah, ruang kerja, tata-tertib sekolah dan lain-lain sebagainya.
b. Rapat Guru
Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Tujuan umum daripada rapat guru ini antara lain sebagai berikut :
a. Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep-konsep umum, makna pendidikan dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b. Mendorong guru-guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dan mendorong agar mereka tumbuh dan berkembang dalam jabatannya.
c. Menyatukan pendapat-pendapat tentang metod-metode kerja yang baik yang akan membawa mereka ke arah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran di sekolah semaksimal mungkin.
d. Mengintegrasikan anggota-anggota staf sekolah dan mengkoordinir pekerjaan mereka, mempersatukan pandangan mereka dalam usaha kerjasama mencapai tujuan sekolah.
c. Diskusi sebagai proses kelompok
Diskusi adalah merupakan salah satu teknik supervisi yang dilakukan melalui pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk mengembangkan ketrampilan para guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi bersama. Melalui diskusi kelompok, guru-guru merasa turut bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kelompok, adanya interaksi antar guru, serta kontrol yang teliti dan mantap dalam mengemukakan pendapat mereka masing-masing. Dengan diskusi ini pula guru-guru dapat memperoleh informasi dan banyak pengalaman dari peserta diskusi yang besar manfaatnya untuk pengembangan profesinya.
d. Studi kelompok antar guru
Kelompok guru (guru bidang studi) yang mengajarkan mata pelajaran yang sejenis dapat mengadakan studi bersama untuk mempelajari dan membahas atau mendalami bahan pelajaran yang mereka ajarkan. Perencanaan studi ini harus dipersiapkan secara matang dan terperinci mengenai berbagai masalah yang akan dibicarakan, garis-garis besar materi pembahasan sehingga studi ini lebih lancar dan tepat pada sasaran yang mereka inginkan bersama.
e. Tukar-menukar pengalaman (Sharing of experience)
Asumsi yang melatar belakangi teknik ini ialah bahwa guru-guru, pada umumnya adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing, sehingga memungkinkan diadakan tukar menukar pengalaman diantara mereka, saling memberi dan menerima, dan saling, belajar diantara mereka untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang bermanfaat dalam tugas mereka. Tukar-menukar pengalaman semacam ini lebih bermanfaat jika dibanding dengan penataran yang sering merupakan sesuatu pemborosan, baik waktu, tenaga, biaya dan pikiran para pesertanya.
f. Lokakarya (Workshop)
Workshop diartikan orang sebagai suatu tempat kerja dimana orang menggunakan macam-macam cara alat untuk suatu kegiatan belajar kelompok untuk memecahkan suatu problem tertentu; suatu usaha mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan sesuatu masalah; suatu situasi yang didalamnya orang bekerja dan belajar secara bersama atas tanggung jawab bersama; suatu inservice training education untuk saling mendengarkan pendapat, memberi dan menerima pendapat bekerjasama mencari jalan untuk menyelesaikan suatu problem tertentu yang berhubungan dengan tugas jabatannya.
g. Diskusi panel
Panel diskusi (panel discussion) adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipan untuk memecahkan suatu problem. Peserta diskusi ini biasanya terdiri dari para panelis yang ahli dalam bidang yang didiskusikan, moderator, tenaga ahli, penyangga/penanya, dan pendengar. Tujuarnya adalah:
a. Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar supaya dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pemahaman tentang masalah tersebut dari berbagai sudut pandangan.
b. Untuk menstimulir para partisipan agar mengarahkan perhatiannya terhadap masalah yang dibahas, melalui dinamika kelompok sebagai hasil interaksi terhadap panelis.
h. Seminar
Seminar adalah suatu bentuk pertemuan kelompok dimana sejumlah kecil orang mengadakan pendalaman/penyelidikan, terhadap berbagai masalah dengan bimbingan secara cermat oleh seorang/beberapa orang pengajar (fasilitator) pada waktu tertentu. Hasil penyelidikan selanjutnya dilaporkan untuk didengar dan didiskusikan untuk ditetapkan suatu kesimpulan bersama sebagai pegangan.
Tujuan seminar ini adalah intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan para anggota kelompok dalam suatu latihan yang intensif dengan bimbingan yang cermat dan intensif pula. Maksudnya untuk memanfaatkan sebaik mungkin potensi berpikir secara kelompok berupa saling tukar-menukar pengalaman dan saling koreksi diantara para anggota kelompok lainnya.
i. Simposium
Simposium bukan lagi merupakan penjajakan spontan, tetapi bertujuan untuk mengorganisir pengertian dan pengetahuan tentang berbagai aspek masalah, mengumpulkan dan membandingkannya dari berbagai sudut pandangan yang berbeda-beda untuk memperoleh suatu pemahaman yang luas dan seragam untuk kepentingan bahan bacaan/dokumentasi pustaka.
j. Demonstration Teaching
Demonstrasi mengajar sebagai suatu teknik supervisi akan berhasil jika hal itu direncanakan dengan teliti, mempunyai tujuan yang nyata, diikuti oleh jumlah guru-guru yang cukup banyak mendapat kesempatan untuk mengikuti demonstrasi tersebut. Biasanya setiap demonstrasi diadakan kecuali ada hal-hal baru yang perlu disampaikan kepada guru-guru, misalnya cara menggunakan metode mengajar modern, cara membimbing cara, menyajikan bahan untuk menjadikan siswa aktif dalam belajar dan sebagainya.
Guru-guru yang memperhatikan dan sadar akan tujuan demonstrasi tersebut, mencatat dengan teliti dan akan mendiskusikan hal tersebut dengan peninjau-peninjau lainnya (guru supervisor) setelah demonstrasi selesai diadakan. Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam cara demonstrasi
a. Perkembangan mengajar itu berpusat pada pusat minat suatu kegiatan yang membutuhkan waktu yang lama demonstrasi mengajar.
b. Ketidak mampuan beberapa supervisor untuk mengadakan demon-strasi mengajar, padahal supervisor haruslah yang terpilih karena keprofesionalannya.
c. Banyak guru enggan mengadakan demonstrasi atau membantu supervisor mengadakan demonstrasi mengajar.
k. Perpustakaan khusus guru
Untuk memperkaya dan mcmperdalam pengetahuan guru, maka setiap sekolah seyogyanya mempersiapkan ruang khusus perpustakaan guru tersebut yang berisi buku-buku, majalah, brosur, dan bahan-bahan bacaan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai bidang studi tersebut. Dalam ruang tersebut setiap guru dapat membaca dengan tenang sambil memperdalam pengetahuan tentang bidang studi yang diajarkan sehingga ia dapat meningkatkan profesi mengajarnya. Guru-guru yang banyak membaca akan membantu memperkaya kemampuan mengajarnya. Hanya saja, ada satu hambatan yang dihadapi sekolah dewasa ini, yaitu guru-guru cenderung malas untuk belajar.
l. Buletin supervisi
Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang difasilitasi supervisor untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajarnya. Umumnya buletin supervisi itu dapat diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu:
a. Buletin yang berisi instruksi-instruksi yang umum dari supervisor untuk diketahui oleh guru-guru.
b. Buletin khusus untuk guru-guru yang dipersiapkan mengikuti suatu rapat atau pertemuan berkala yang akan diadakan.
c. Buletin yang berisi tindak lanjut sesuatu keputusan, program pendidikan dari supervisor.
m. Membaca langsung (directed reading)
Teknik supervisi yang dianggap murah dan mudah dilaksanakan adalah membaca langsung pada perpustakaan umum atau di toko-toko atau pada perpustakaan sekolah yang menyediakan banyak sumber bacaan yang berhubungan dengan suatu bidang studi atau pengetahuan profesi mengajar guru lainnya. Untuk itu perlu ada usaha peningkatan minat membaca dikalangan para guru, karena hal ini bukan sekedar selingan/rekreasi tetapi sebagai alat pembinaan kemampuan mengajar. Kesulitan psikologis yang sering dialami adalah harus cukup tersedia waktu untuk membaca, kurangnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik dari guru-guru untuk menperdalam pengetahuan profesionalnya karena jumlah tugas yang terlalu berat bagi guru-guru sehingga seolah-olah mengalami kelumpuhan psikologis.
o. Kursus/diklat kependidikan
Mengikuti kursus adalah suatu alat untuk mengembangkan profesi guru dalam KBM di sekolah. Tujuannya sebagai penyegaran dan sebagai usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu. Sebagai penyegaran karena guru-guru telah memiliki pengetahuan yang sudah terlalu lama dan bersifat rutin sehingga perlu diadakan penyegaran agar semangat mengajar dialihkan dari suasana rutin kepada situasi baru yang menyenangkan. Karena itu, penyegaran adalah suatu variasi irama hidup dalam proses pengabdian setiap guru. Bila kursus itu bersifat penataran, maka guru-guru akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan kemampuan dalam melaksanakan profesi mereka.
p. Organisasi profesi guru (professional organization)
Ikatan guru Indonesia (IGI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan wadah untuk mengembangkan kemampuan profesional guru. PGRI adalah wadah yang kuat pengaruhnya untuk inservice training bagi guru-guru melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, penataran, konsultasi, bahkan demonstrasi mengajar dan simulasi, simposium, seminar dan sebagainya perlu dikembangkan disitu. Karena wadah ini akan menanamkan nilai-nilai sosial yang besar. pada guru-guru, berkembangnya ide-ide praktis dan inspirasi-inspirasi baru dan bermanfaat bagi guru yang sukar diperolehnya melalui kegiatan yang lain.
q. Curriculum Laboratory
Yang dimaksud dengan curriculum laboratory atau liberary adalah suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan belajar dimana guru-guru akan memperoleh sumber-sumber materi yang bermanfaat untuk menambah pengalaman mereka dalam rangka program inservice education. Koleksi dari contoh-contoh model pelajaran yang disajikan secara visual dapat diadakan, misalnya: Contoh-contoh perumusan indikator yang baik; menyusun kegiatan belajar mengajar yang baik; penggunaan macam-macam metode mengajar, alat-alat pelajaran yang dapat dibuat guru; alat-alat tes yang baik; buku-buku pelajaran dan sebagainya.
Fungsi dari curriculum laboratory tidak hanya sebagai sumber materi tetapi juga sebagai tempat untuk guru-guru mengadakan penelitian, percobaan dan tempat belajar sambil bekerja baik secara individual maupun kelompok untuk memecahkan masalah belajar mengajar. Tujuannya untuk menyediakan sumber-sumber materi yang berhubungan dengan peningkatan KBM.
Sebenarnya koleksi pengalaman belajar dari tahun ke tahun dapat disusun/dikumpulkan oleh guru-guru secara teratur dan kontinyu untuk melihat perbandingannya. Misalnya bentuk-bentuk persiapan mengajar dari tahun ke tahun yang sering yang berubah, jenis-jenis tes yang pernah dibuat guru dari tahun ke tahun, buku pelajaran yang pernah digunakan guru dari tahun ke tahun, dan sebagainya.
r. Perjalanan sekolah (field trips)
Perjalanan sekolah adalah merupakan suatu alat atau teknik belajar bagi murid-murid dan teknik mengajar bagi guru-guru di sekolah. Sekolah tradisional (convensional) sering mengadakan field trips itu hanya sebagai selingan pelajaran, atau sebagai cara pelepasan lelah sesudah belajar mengajar selama beberapa waktu, atau saat dimulainya waktu liburan tertentu. Juga bahkan perjalanan sekolah hanya dilakukan oleh guru-guru yang malas dan segan memberi pelajaran, dan sebagainya. Dengan demikian sekolah tradisional tidak pernah melakukan perjalanan sekolah sebagai teknik belajar. Lain halnya dengan sekolah modern yang mengakui betapa pentingnya perjalanan sekolah sebagai teknik belajar baik murid-murid maupun untuk guru-guru untuk memperkaya pengalaman belajarnya.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru. Teknik supervisi pendidikan merupakan alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
2) Secara garis besar, teknik supervisi pengajaran, terbagi dalam dua jenis, yaitu supervisi individual dan supervisi kelompok.
3) Teknik supervisi individual antara lain, kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan penilaian diri sendiri.
4) Sedangkan teknik supervisi kelompok, diantaranya orientasi guru baru, rapat guru, diskusi kelompok, studi kelompok guru, tukar-menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demonstrasi mengajar, perpustakaan khusus guru, buletin supervisi, membaca langsung, organisasi profesi, laboratorium kurikulum, dan perjalanan sekolah.
Berbagai teknik tersebut dapat menjadi opsi pelaksanaan supervisi bagi seorang supervisor dalam menjalankan tugasnya dengan disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada. Paparan di atas bukanlah teori final terhadap teknik supervisi. Tidak menutup kemungkinan, munculnya teknik-teknik supervisi yang baru, misalnya private message (PM), grup di media sosial, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,Dasar-dasar Supervisi,Jakarta.Rineke Cipta,2004
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Depdiknas, 2004.
Farley, Gregory Charles, Isntructional Supervision, Pensylvania: Indiana University, 2010
Glatthorn. Allan A., Supervisory Leadership: Introduction to Instructional Supervision, USA: Harper Collins Publishers, 1990
Kemdiknas, Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Kemdiknas, 2011
Purwanto, Ngalim,Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet.22, 2014
Sagala, Syaiful, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Dalam Profesi Pendidikan, Bandung:Alphabeta, 2010
Sahertian,Piet A, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:Rineka Cipta, 2000
Zepeda, Sally J., Instructional Supervision, NY: Eye on Education, 1956
[3] Piet A Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:Rineka Cipta, 2000, 52.
[5] Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Dalam Profesi Pendidikan, Bandung:Alphabeta, 2010,21.
[7] Allan A Glatthorn, Supervisory Leadership: Introduction to Instructional Supervision, USA: Harper Collins Publishers, 1990, 93.
[9]Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet.22, 2014, 94-95.