Bulan Februari agaknya menjadi sebuah momen yang ditunggu-tunggu oleh kalangan remaja. Mereka akan sangat antusias menyambut hadirnya bulan Februari. Kenapa? Karena dalam bulan Februari terdapat satu hari yang seolah menjadi hari raya mereka. Hari itu adalah hari valentin atau hari kasih sayang.
Beragam cara dilakukan oleh para remaja dalam me-raya-kan hari valentin setiap tanggal 14 Februari tersebut. Dari sekedar ucapan selamat hari valentin, berbagi hadiah, hingga berkencan dengan pasangan mereka masing-masing. Bagi mereka yang masih jomblo (belum mempunyai pacar), akan memanfaatkan momen hari kasih sayang ini untuk "nembak" (melamar) pasangan yang mereka idamkan.
Paling tidak ada dua hal yang saat ini identik dengan perayaan hari valentin, yakni cokelat dan warna pink. Entah bagaimana awal ceritanya, namun rasanya kurang afdhol jika melewatkan hari valentin tanpa kedua hal tersebut. Cokelat seolah sudah menjadi simbol bagi hari valentin, sebagaimana ketupat yang menjadi simbol di hari lebaran. Toko-toko dan swalayan pasti akan diserbu para remaja yang mencari produk-produk cokelat sebagai hadiah bagi orang yang mereka kasihi. Iseng-iseng penulis pernah maen ke sebuah swalayan pada hari-hari menjelang valentin seperti sekarang ini. Di sana penulis melihat sebuah fenomena yang sangat menarik, para pengunjung kebanyakan memburu produk cokelat, mulai dari yang terkecil hingga yang berupa paket khusus valentin yang tentunya harganya lebih mahal dari yang biasanya. Saking semangatnya mereka dalam membeli hadiah valentin, penulis melihatnya seperti layaknya antusiasme warga yang rela antri berderet-deret dalam operasi pasar (OP) minyak goreng beberapa waktu lalu. Bahkan sampai-sampai para pekerja swalayan tersebut kewalahan menyediakan stok dagangan mereka.
Sebuah pendapat yang agak "filosofis" mengatakan, bahwa rasa cokelat yang manis dan lembut merupakan gambaran dari manis dan lembutnya rasa kasih sayang. Ditambah dengan dominasi warna-warna lembut seperti pink dan putih, akan semakin menguatkan kesan lembut dan damai di hari valentin.
Terlepas dari sejarah dan asal-usul perayaan valentin, saat ini hari valentin telah menjadi sebuah momen penting , terutama bagi kalangan remaja. Hari valentin menjadi saat bagi mereka untuk saling berbagi kasih sayang. Meskipun tidak memiliki aturan dan ketetapan normatif layaknya sebuah hari raya keagamaan yang ditetapkan dalam kitab suci, kebudayaan masyarakat dalam merayakan hari valentin telah mengakar dengan sangat kuat. Berbagai media dan sarana informasi semacam majalah, koran, dan televisi telah turut andil dalam menyebarkan dan mengukuhkan pandangan bahwa valentin adalah sesuatu yang patut dan layak untuk dirayakan. Pada hari-hari menjelang hari valentin seperti sekarang ini, media-media tersebut akan berlomba-lomba menampilkan tema yang terkait dengan hari valentin. Mulai dari info-info seputar pernik-pernik valentin hingga menggelar acara-acara perayaan valentin.
Fenomena perayaan valentin memang telah begitu kuat dalam masyarakat kita, dan sebagaimana tiap hal pada umumnya, pasti memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Ada sisi baik dan juga sisi buruk. Dan rasanya tidak bijak jika kita hanya melihat dari salah satu sisi saja dalam menghukumi suatu hal.
Valentine telah mempererat hubungan tali silaturahmi antar sahabat, saudara, dan bahkan ada yang memanfaatkannya sebagai sebuah momen untuk mengenang kasih orang-orang terdekat mereka, seperti ibu, ayah atau kakak. "Pada hari valentin nanti, aku ingin berkumpul bersama-sama keluargaku. Rasanya sudah lama kami tidak ngumpul-ngumpul lagi. Aku ingin merasakan kembali kehangatan kasih sayang keluarga kami di hari kasih sayang", ucap seorang kawan.
Namun, valentin juga telah banyak disalahgunakan. Dengan dalih kasih sayang, banyak juga anak gadis yang kehilangan keperawanannya di hari kasih sayang. Meskipun mereka melakukannya dengan dasar suka sama suka, namun hal itu tetap bukanlah hal yang baik. Dan penyalahgunaan itu telah memperburuk (jika tidak 'mencoreng') citra hari valentin bagi sebagian kalangan. "Selain karena valentin itu adalah budayane wong non muslim, biasanya valentin cuma dijadikan ajang pacaran thok" ujar salah seorang tokoh yang melarang perayaan valentin.
Jadi baik tidaknya hari valentin, tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Hendaknya valentin tidak digunakan sebagai alasan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, dan sudah semestinya hari valantin kita kembalikan pada makna 'sejati'nya, yakni hari kasih sayang. Kasih sayang yang dalam makna sebenarnya. Kasih sayang kepada mereka yang layak kita kasihi, dengan cara-cara yang "terkasihi" (bukan larangan agama). Bahkan kasih sayang yang sangat luas kepada seluruh makhluk ciptaan Allah, atas dasar kecintaan kita terhadap Allah. Bukankah Nabi kita diutus sebagai rahmatan lil 'alamin. Dan akan lebih baik lagi jika valentin bukan hanya 14 Februari saja, tapi tiap hari adalah hari valentin, hari berkasih sayang.
Ah...seandainya..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment