BLOG PRIBADI GURU SEBAGAI SEORANG PEMBELAJAR YANG HARUS TERUS BELAJAR

08 December 2011

Mengenal Media Audio, Visual, dan Audio-Visual

Komunikasi yang bersifat auditif sangat mendominasi kehidupan manusia, demikian halnya dengan kegiatan pengajaran, mulai tingkat sekolah dasar sampai perpengajaran tinggi, penggunaan komunikasi audio banyak dipergunakan dibandingkan dengan kegiatan komunikasi lainnya. Media audio untuk pembelajaran, dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif [pita suara atau piringan suara], yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan pembelajar, sehingga terjadi proses pembelajaran .
Media audio adalah segala macam bentuk media yang berkaitan dengan indera pendengaran, termasuk dalam kelompok media audio . Karena media audio berkaitan dengan indera pendengaran, maka pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif, baik verbal [kata-kata atau bahasa lisan] maupun non-verbal.
Dari pengertian di atas, dapat diidentifikasi perangkat media audio yaitu terdiri dari : [1] Perangkat keras [hardware] berupa alat-alat eloktronik atau alat-alat lainnya. [2] Perangkat lunah [software] atau material audio yang berupa rekaman pita suara atau radio kaset, rekaman piringan hitam, dan naskah program siaran radio. Untuk piringan hitam, tidak akan dibahas karena jenis media ini sudah semakin dijumpai, selain itu dalam proses pembelajaran piringan hitam jarang digunakan, karena memang kurang praktis serta sukar pengadaannya. Beberapa jenis media audio, visual, dan audio-visual, sebagai berikut :
a] Audio kaset
b] Radio
c] Televisi
d] Video /VCD
e] Saund slide projector
f] Film projector
g] Lab. Bahasa
h] Komputer dan LCD

1. Media Audio
Penyajian pengajaran atau pengetahuan melalui pendidikan Audio Pengalaman Mendengar dan pendidikan Visual Pengalaman Melihat. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi bersifat auditif mendominasi manusia. Suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologi, yaitu : seseorang akan memperoleh “pengertian lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat dari pada didengar”

a. Media Audio Kaset
Audio kaset, berupa pita maknetis yang dapat menghasilkan suara jika diputar dalam tape recorder. Alat ini sudah sedemikian memasyarakat, sehingga dapat dikatakan sudah menjadi bagian penting bagi kehidupan manusia. Hanya saja audio kaset, selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan hiburan, terutama untuk rekaman musik hiburan. Sementara penggunaan audio kaset untuk kepentingan proses pembelajaran dirasakan belum memasyarakat secara maksimal. Sebagai media pembelajaran, audio kaset cukup efektif dan efesien untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Rekaman audio merupakan jenis media yang tepat digunakan untuk pembelajaran bahasa, latihan membaca Qur’an, dan latihan-latihan yang bersifat verbal. Misalnya, rekaman untuk pelajaran bahasa asing, rekaman pidato, rekaman pendidikan seni, rekaman kegiatan diskusi dan seminar, rekaman bacaan al-Qur’an, rekaman ucapan huruf-huruf [mahraj] al-Qur’an, rekaman pelajaran pendidikan agama untuk suatu forum pengajian, rekaman bacaan-bacaan salat, doa-doa haji, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan adalah rekaman materi pelajaran yang dikemas harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum, tujuan pembelajaran, metode, dan kondisi pembelajar. Pembelajaran tentang pengucapan [pronounciation] dan keterampilan mendengar [listening skill] akan sangat efektif jika menggunakan media ini. Media ini manfaatnya cukup efektif dan efesien dalam proses pembelajaran.
1] Manfaat Media Rekaman Audio Kaset
Manfaat media rekaman audio kasset, sebagai media pembelajaran sebagai berikut :
[a] Menyajikan kegiatan di luar kelas dan bahkan di luar sekolah, misalnya wawancara, rekaman kegiatan, dan sejenisnya.
[b] Menimbulkan berbagai kegiatan, misalnya diskusi, dramatisasi dan sejenisnya.
[c] Memberikan efesien dalam pengajaran bahasa dan musik .
[d] Pada pelajaran pendidikan agama Islam, dapat memberikan efesiensi dalam pengajaran al-Qur’an, tuntunan bacaan salat, tuntunan bacaan doa-doa ibadah haji, dan sebagainya.

2] Karakteristik Posetif Media Audio Kasset
Karakteristik posetif media auidio kasset, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Untuk tujuan kognitif, audio kaset dapat digunakan untuk mengajar pengenalan suara suatu objek belajar
[b] Untuk tujuan psikomotorik, audio kaset dapat digunakan untuk mengajar keterampilan verbal
[c] Materi pelajaran sudah terpaket sedemikian rupa sehingga mudah direproduksi
[d] Pengadaan relatif mudah, terutama jika dibandingkan dengan media audio-visual.
[e] Dapat diisi dengan pengajaran berprogram, sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri atau belajar sendiri.
[f] Dapat memotivasi suasana belajar, karena dapat dilengkapi dengan unsur musik.
[g] Praktis penggunaannya, terutama sifatnya yang mudah digunakan dan dapat diputar kembali secara berulang-ulang sesuai dengan keinginan .

3] Karakteristik negatif audio kasset
Selain karakteristik posetif media audio kasset di atas, media ini juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
[a] Daya jangkau terbatas
[b] Apabila diperuntukan untuk jang-kauan luas, pengadaan mahal .
[c] Kurang efektif untuk materi pelajaran yang mempunyai kadar kesukaran tinggi, seperti matematika, kimia, dan fisika.
[d] Audio kaset lebih mudah menciptakan suasana jenuh dan membosankan .

b. Media Radio
Eloktronik secara teknis adalah sebuah alat eloktronik yang dilengkapi dengan perangkat penerima gelombang eloktromaknetis dan perangkat penyiaran. Maka dalam konteks ini, pengertian radio sebagai media pembelajaran lebih ditonjolkan pada radio siaran [broadcast] . Dengan demikian, radio merupakan media audio yang disiarkan. Program radio telah lama digunakan sebagai siarana pembelajaran untuk menyampaikan meteri pembelajaran pada beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jadi, fungsi media radio adalah menyampaikan pesan bahan pelajaran yang dapat didengar oleh penerima pesan atau pembelajar. Madia radio sebagai media pembelajaran tentu memiliki keterbatasan dan kelebihan.

1] Kelebihan Media Radio
Media radio merupakan media siaran, juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan meteri pembelajaran dan pada beberapa lembaga pendidikan jarak jauh media ini sudah lazim digunakan. Radio sebagai media siaran memeiliki kelebihan, sebagai berikut :
[a] Harganya relatif murah dan variasi programnya lebih banyak dari pada TV.
[b] Mudah dipindahkan [mobile].
[c] Jika digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio dapat mengatasi problem jadwal.
[d] Program radio dapat direkam dan diputar lagi sesuka pemakai.
[e] Program radio dapat mengembangkan daya imajinasi.
[f] Media radio dapat merangsang partisipasi aktif pendenagar [pembelajar].
[g] Radio dapat memusatkan perhatian pembelajar pada “kata-kata” yang digunakan, pada bunyi, dan artinya.
[h] Siaran lewat suara terbukti amat tepat atau cocok untuk mengajarkan musik, bahasa, dan al-Qur’an.
[i] Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik, jika dibandingkan dengan yang dikerjakan oleh pengajar, antara lain:
[1] Radio, dapat menampilkan “pengajar-pengajar yang ahli” dalam bidang studi tertentu, sehingga dapat mengatasi masalah kekurangan pengajar yang layak untuk mengajar.
[2] Pelajaran yang disajikan lewat program radio lebih bermutu, baik dari segi ilmiah maupun metodis.
[3] Radio dapat menyajikan laporan-laporan seketika [on the sport]. Pelayanan radio yang sudah maju mempunyai banyak sumber di perpustakaan yang siap dipakai.
[4] Siaran-siaran yang aktual dapat menciptakan suasana kesegaran [immediciacy] pada sebagian besar topik.
[j] Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang tak dapat dikerjakan oleh pengajar. Dengan program-program radio, dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dunia luar ke kelas.
[k] Dengan program radio, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya jangkauannya cukup luar .

2] Kelemahan Media Radio
Selain kelebihan, media radio juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan media radio, sebagai berikut :
[a] Sifat komunikasinya hanya satu arah [one way communication].
[b] Siarannya disentralisasikan sehingga pengajar tidak dapat mengontrolnya.
[c] Proses integrasi siaran radio ke dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas seringkali menyulitkan . Artinya, penjadwal pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah.
[d] Program siaran lebih banyak hiburan, sehingga tidak dapat diisi dengan materi pelajaran dalam porsi yang banyak.
[e] Kurang dapat membahas mata pelajaran secara mendalam, karena dibatasi oleh jam siaran suatu program siaran radio.
[f] Komunikasi satu arah, maka memrlukan perhatian serius untuk mengingat materi yang telah disampaikan lewat program siaran radio. Bagi pendengar atau pembelajar yang lemah daya ingatnya akan mengalami kesulitan untuk mengingat-ingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan.


3] Hal-hal tertentu dapat dikerjakan
Selain kelebihan dan kelemahan dari media radio yang dikemukan di atas, ada beberapa hal tertentu yang dapat dikerjakan, yaitu:
[a] Program pengajaran melalui media radio akan menampilkan pengajar ahli dalam bidang tertentu, yang mungkin jarang ditampilkan di sekolah atau di kelas.
[b] Program siaran radio lebih bermutu dari segi ilmiah dan metodisnya.
[c] Program siaran radio laporan-laporannya seketika [on the spot], karena banyak sumber.
[d] Program siaran radio, suasana kesegaran dan program siarannya tetap aktual.
[e] Mengerjakan hal-hal tertentu yang mungkin tidak dapat dikerjakan oleh pengajar di kelas.
[f] Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya jangkauannya sangat luas.

c. Media laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa, dikategorikan sebagai media audio, karena media ini menggunakan seperangkat “alat-alat audio” yang berupa taperecorder dan pita kaset yang disalurkan melalui kabel pada headphone. Dengan perangkat alat-alat ini, program pengajaran bahasa dapat mengkoordinasi pendengaran pembelajar sehingga lebih terkonsentrasi pada materi pelajaran bahasa . Laboratorium bahasa, merupakan alat untuk melatih pembelajar mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam . Jadi, dapat dikatakan bahwa media laboratorium bahasa, terdiri dari : [1] Media audio, terdiri dari seperangkat alat-alat eloktronik auditif. [2] Melatih pembelajar mendengarkan dan berbicara.
1] Manfaat media laboratorium bahasa
Madia laboratorium sebagai media audio memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut :
[a] Latihan pendengaran, sehingga seseorang dapat melafalkan kata-kata asing yang didengar melalui headphone secara fasih seperti aslinya.
[b] Latihan mengucapkan, pembelajar menirukan ucapan pengajar yang melalui headphone secara baik dan tepat.
[c] Pembelajar dapat membandingkan ucapannya dengan ucapan pengajar.
[d] Pembelajar dapat segera memperbaiki kesalahan-keselahan yang dibuatnya .
[e] Laboratorium bahasa, selain dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa asing, juga dapat dipergunakan untuk pengajaran al-Qur’an. Pengajaran membaca al-Qur’an juga mengandalkan “pendengaran” [audio] untuk mengidentifikasi ucapan huruf-huruf secara benar dan fasih. Maka dengan pengajaran membaca al-Qur’an melalui laboratorium bahasa, pembelajar dapat mendengarkan bacaan al-Qur’an secara jelas dan fasih dari pengajar, pembelajar dapat menirukan ucapan dan bacaan pengajar, dan sekaligus dapat mendengarkan bacaan sendiri, pembelajar dapat membandingkan bacaannya sendiri dengan bacaan pengajarnya, dan dapat melakukan perbaikan apabila terjadi kesalahan bacaan dari pembelajar itu sendiri.

Tekanan utama “media laboratorium bahasa” adalah pada: [1] “pendengaran”, yaitu cara mendengarkan yang benar sangat penting dalam proses belajar bahasa asing dan belajar membaca al-Qur’an, sehingga tidak terjadi salah persepsi, mengucapkan, membaca serta memberikan makna atau terjemahan. Apabila kesalahan dalam mendengar akan mengacaukan ucapan, bacaan dan pemaknaan selanjutnya yang juga berakibat pada kesalahan persepsi. [2] Latihan mengucapkan dengan baik dan fasih, maka untuk pembelajaran membaca Qur’an, lebih efektif dapat dilakukan dengan menggunakan media Laboratorium Bahasa.
Tetapi perlu diketahui bahwa pengadaan laboratorium bahasa cukup mahal, karena memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga jarang sekolah-sekolah memiliki laboratorium bahasa sendiri. Selain mahal pengadaannya, juga daya tampung laboratorium bahasa sangat terbatas, paling banyak dapat menampung maksimal 30 pembelajar.

2. Media Visual
Pada mulanya pada proses pembelajaran hanya menggunakan pendekatan verbal, yakni membaca dan menulis. Baru pada pertengahan tahun 1960-an mulai muncul konsep keterbacaan visual, dalam bentuk grafik seperti sketsa, gambar, foto, diagram, table dan lain-lain. Dengan demikian dalam buku-buku pelajaran mulai ditampilkan pesan-pesan visual melalui berbagai ilustrasi untuk memperjelas keterbacaan visual. Labih dari itu, pesan-pesan visual disajikan pula dalam berbagai media massa seperti televisi, percetakan dan produksi. Pesan-pesan visual sangat efektif dalam memperjelas informasi, bahkan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi sikap seseorang, membentuk opini masyarakat dan lain-lain .
Pada beberapa penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa “pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidak berarti bahwa media harus selalu mempunyai keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah model. Artinya, sekalipun model merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak dapat dikatakan realistik sepenuhnya. Namun demikian, model sebagai media pembelajaran dapat memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya.

a. Pesan Visual dan Proses pembelajaran
Dari penjelasan di atas, tanpaknya perlu mempelajari “pesan visual” sebagai media dalam hubungannya dengan proses pembelajaran. Artinya, bagaimana pengajar dan “pembelajar” memanfaatkan pesan visual untuk mempertinggi proses pembelajaran. Sebab, keterampilan “memahami pesan visual” dapat diartikan sebagai kemampuan menerima dan menyampaikan pesan-pesan visual tersebut.
Kemampuan menerima pesan visual mencakup kemampuan “membaca pesan visual” secara tepat, memahami makna yang terkandung di dalamnya, menghubungkan unsur-unsur isi peasan visual dengan pesan verbal atau sebaliknya, serta mampu menghayati nilai keindahan visualisasi tersebut. Sedangkan kemampuan menyampaikan pesan visual adalah mencakup menvisualisasikan pesan verbal, melukiskan atau menvisualisasikan makna isi pesan dan menyederhanakan makna dalam bentuk visualisasi .

b. Belajar dari pesan Visual
Belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan, karena dengan melihat pesan visual tidak dengan sendirinya seseorang akan mampu belajar daripadanya. Itulah sebabnya “pembelajar” harus dibimbing agar dapat menerima dan menyimak pesan-pesan visual secara tepat.
Salah satu teknik efektif adalah menuntutnya untuk melihat dan membaca pesan-pesan visual pada berbagai tahapan yang dimulai dari : Pertama, fase differensiasi, yaitu di mana “pembelajar” mula-mula mengerti, mengidentifikasi dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur suatu unit pengajaran dalam bentuk pesan-pesan visual tersebut. Kedua, fase integrasi, yaitu peseta didik menempatkan unsur-unsur visual tersebut secara serempak, kemudian menghubungkan keseluhan pesan visual kepada pengalaman-pengalamannya. Ketiga, kesimpulan dari pengalaman visualisasi tersebut dan kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang telah mereka pelajari sebelumnya .
Nana Sudjana, mengatakan bahwa hasil penelitian Seth Spaulding tentang bagaimana “pembelajar” belajar melalui gambar, dapat disimpulkan , sebagai berikut : [1] Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar “pembelajar” secara efektif. [2] Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstarak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman di masa lalu, melalui penafsiran kata-kata. Dengan demikian, pengajar hendaknya berhati-hati dalam menetapkan pengalaman artistik maupun pengalaman lingkungan di masa lampau. Pengalaman “pembelajar” di bidang seni dapat menentukan keberhasilannya dalam menafsirkan ilustrasi.
Pengalaman dengan perlbagai jenis adegan yang dilukiskan juga dapat mempengaruhi keberhasilan penafsiran terhadap ilustrasi gambar dalam meteri pengajaran . Sebagai contoh saja : pengalaman “pembelajar” “belajar salat” dan “melaksanakan salat”, akan dapat mempengaruhi keber-hasilannya dalam menafsirkan “ilustrasi gambar” [lihat gambar: 3]. Pembelajar yang telah belajar tentang “ibadah haji” akan
memeliki kemampuan untuk menafsirkan ilustrasi gambar . [3] Ilustrasi gambar membantu “pembelajar” mampu membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertasinya. [4] Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu halaman penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas. Maka, lebih baik lagi apabila lebih dari separuh isi booklet tersebut dapat memuat ilustrasi
gambar. [5] Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para pembelajar menjadi efektif. [6] Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata “pembelajar” dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan di bagian sebelah kiri atas medan gambar .
Selain itu, hasil penelitian lain yaitu Edmund Faison tentang penggunaan gambar dan grafik dalam pengajaran. Dari hasil penelitian James W. Brown dkk.,1959, dapat disimpulkan , sebagai berikut : [1] Untuk memperoleh hasil belajar “pembelajar” secara maksimal, gambar harus erat kaitannya dengan materi pelajaran dan ukurannya cukup besar, sehingga rincian unsur-unsurnya mudah diamati, sederhana, reproduksi bagus, lebih realistik dan menyatu dengan teks, [2] Gambar-gambar berwarna lebih menarik minat pembelajar dari pada gambar hitam putih. Daya tarik terhadap gambar bervariasi sesuai dengan “umur, jenis kelamin dan kepribadian seseorang”. Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian, gambar-gambar berwarna tidak selamanya merupakan pilihan terbaik. Seth Spaulding, mengatakan bahwa kualitas warna diperlukan untuk gambar-gambar yang sifatnya realistik. [3] Hasil penelitian Mabel Rudisill, tentang gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak, menunjukkan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah “pewarnaan”, karena pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan impresi atau kesan realistic .

c. Menyimak Pesan Visual
Pesan visual yang disajikan dapat diterima oleh pembelajar dengan kemampuan tertentu. Sedangkan kemampuan menerima pesan visual dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada dua faktor yang sangat penting, yaitu perkembangan usia anak dan latar belakang budaya yang dianutnya serta pengalamannya.
Hasil temuan ahli psikologi perkembangan anak, menunjukkan bahwa keterbacaan pesan visual dipengaruhi oleh tingkat kematangan jiwa anak. Sebelum anak usia 12 tahun anak cenderung untuk menafsirkan pesan-pesan visual menurut bagian demi bagian daripada secara keseluruhan. Dalam menceritakan tentang apa yang mereka lihat digambar, mereka akan memilih unsure-unsur yang spesifik, termasuk di dalamnya adegan, sedangkan “pembelajar” yang lebih dewasa cenderung untuk meringkas keseluruhan adegan dan melaporkan kesimpulan tentang makna gambar. Bilamana berbagai lambang abstrak atau rangkaian gambar seri yang saling berkaitan satu sama lain tidak jelas dipahami “pembelajar”, akan mengakibatkan gagalnya proses komunikasi edukatif bagi semua tingkat usia .
Pesan-pesan visual yang realistik dapat membingunkan para pembelajar yang berusia lebih muda. Bagi usia anak bertambah, dia akan lebih mampu memperhatikan secara selektif terhadap semua bentuk penyajian visual yang berdaya guna, untuk mempertinggi kemampuan belajarnya yang bersumber dari informasi yang dikehendaki . Jadi, perkembangan usia anak dan pengalaman “pembelajar” dapat mempengaruhi kemampuannya untuk menafsirkan pesan-pesan visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isyarat gerak yang terdapat pada gambar tampaknya akan memperkuat gagasan mengenai gerak bagi anak-anak yang sudah dikembangkan selama masa tahap preoperasional sebagaimana dirumuskan Piaget pada anak-anak usia tujuh tahun, dibandingkan dengan anak-anak yang lebih mudah usianya. Demikian pula gambar yang mengandung unsur gerak atau gambar yang aktif, misalnya orang yang sedang berlari akan lebih mudah dikomunikasikan bagi semua usia dalam bentuk kerangka saja, sedangkan isyarat-isyarat gerak dalam bentuk garis-garis saja kurang dapat meyakinkan anak-anak. Artinya, sosok tubuh yang sedang berlari yang digambar dalam bentuk kerangka akan lebih mudah diyakinkan pada anak-anak bila dibandingkan dengan “isyarat-isyarat” atau “tanda-tanda” dalam bentuk
garis, misalnya sebuah “gambar bulat” kemudian diberi “garis-garis lengkung” ditengahnya [lihat gambar : 6]. Kerangka gambar seperti ini akan sulit dipahami dan di tafsirkan oleh “pembelajar” pada usia tujuh tahun atau yang masih muda, tetapi bagi “pembelajar” yang usianya sudah dewasa akan menafsirkannya menurut persepsi dan pengalamannya masing-masing “pembelajar”.
Bagi “pembelajar” yang memperhatikan pesan visual dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang budayanya, artinya kelompok “pembelajar” yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda-beda, secara individual akan menyimak pesan-pesan visual
berbeda pula, sebab latar belakang budaya dapat dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya . Maka untuk melihat keterba-caan visual termasuk di dalamnya penggunaannaan gambar-gambar adegan khusus tentang “kehidupan remaja” di tengah-tengah kota besar akan mudah dipahami oleh “pembelajar” yang juga berasal dari kota besar dibandingkan dengan “pembelajar” dari pedesaan. Oleh karena itu, pesan-pesan visual bagi “pembelajar” di kota tentu akan berbeda dengan “pembelajar” yang berasal dari pedesaan, sebab pengalaman dan latar belakang sosial-ekonominya juga berlainan.
Pemberian makna terhadap “warna” pun didasarkan kepada prasangka budaya masing-masing. Sebab “penafsiran manusia terhadap warna ternyata tidak berlaku umum bahkan kurang universal terutama untuk nilai-nilai perlambang yang dikenakan pada berbagai macam warna tertentu” . Misalnya, tinta warna merah, secara umum di Indonesia tidak diterima untuk menulis pesan atau surat kepada seseorang. Warna hitam, secara umum diterima oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai warna dukacita, kematian atau kemalangan. Warna putih, di Yogyakarta dipakai sebagai “tanda” atau “bendera” “layatan” atau “keseripahan”. Di daerah lain di Jawa, mungkin mungkin warna “kuning” atau warna yang lain.
Maka dalam penuangan pesan-pesan visual, akan terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam menyimak makna pesan-pesan visual tidak dapat dihindarkan disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya. Dengan dasar ini, maka setidak-tidaknya pengajar harus berhati-hati dalam mempergunakan pesan-pesan visual tanpa penjelasan sebelumnya karena akan menyebabkan kebingungan kepada beberapa “pembelajar” tertentu .

3. Media Audio - Visual
Media audio-visual, adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek aslinya. Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio-visual,adalah: televisi,video – VCD, sound slide, dan film.
a. Televisi
Televisi dalam pengertiannya berasal dari dua kata, yaitu :
1] Kata tele [bahasa Yunani], yang berarti jauh
2] Visi [bahasa Latin], berarti penglihatan.

Television [bahasa Inggris], melihat jauh. Kata melihat jauh mengandung makna bahwa gambar yang diproduksi pada satu tempat [stasiun televisi] yang dapat dilihat ditempat lain melalui sebuah perangkat penerima yang disebut televisi minitor atau televisi set.
Istilah televisi, baru dicetuskan di Paris, pada tanggal 25 Agustus 1900, bersamaan dengan pertemuan para ahli eloktronik dari beberapa negara industri maju .
Televisi suatu perlengkapan eloktronik, yang pada dasarnya adalah sama dengan “gambar hidup” yang terdiri dari gambar dan suara. Dengan demikian, peranan TV baik sebagai gambar hidup maupun sebagai radio yang dapat menampilkan gambar yang dapat dilihat dan menghasil suara yang dapat didengar pada waktu yang sama . Maka kata televisi berkonotasi pada suatu system unit kerja pada televisi siaran, dan bukan semata-mata dilihat dari aspek wujudnya sebagai perangkat keras , tetapi televisi dapat mentransmisikan segenap pesan melalui gelombang eloktronik atau melalui saluran kabel.
Dalam sistem transmisi, gambar dan suara yang dihasilkan oleh “kamera eloktronik” diubah menjadi gelombang eloktromaknetis dan selanjutnya ditransmisikan [dipancarkan] melalui stasiun pemancar. Gambar dan suara yang telah diubah menjadi gelombang elok-tronik itu diterima oleh sebuah antena penerima yang terpasang pada
televis set penerima [lihat gambar 8]. Pada pesawat monitor, gelombang eloktromaknetik diubah kembali menjadi gambar dan suara oleh seperangkat alat televisi sehingga dapat dilihat. Selain itu, ada televisi kabel, artinya gelombang eloktro-maknetik disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima atau televisi .
Secara sederhana, proses komunikasi saluran televisi dapat digambarkan seperti gambar di atas.
Sekarang ini televisi sudah begitu memasyarakat dan tidak merupakan barang mewah lagi. Televisi mulai digunakan di rumah-rumah, halaman kantor kecamatan, di kantor-kantor, bahkan di sekolah-sekolan tertentu telah memiliki pesawat televisi baik digunakan sebagai alat untuk membantu proses belajar maupun untuk hiburan. Program siaran televisi disenangi anak-anak sampai orang dewasa dengan acara-acara yang cukup bervariasi. Apabila kita mengamati anak-anak di Indonesia, banyak anak-anak yang tersita waktunya untuk menonton acara siaran televisi, bahkan jam-jam belajar merekapun terasa tersita untuk menonton acara siaran televisi yang sangat disenangi, bahkan antara anak dan orang tua rebutan dalam menonton acara yang

disenangi masing-masing. Menurut Oemar Hamalik [1989:116], berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat pada umumnya kegemaran pemuda yang menonton siaran televisi, kondisinya sebagai beri-kut pada tabel 1.
Televisi sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Makin banyak sisran televisi yang khusus menginformasikan atau menyiarkan pesan-pesan materi pendidikan dan pengajaran, yang disebut televisi pendidikan [educational television]. Di Indonesia sejak 23 Januari 1991, secara resmi telah berdiri Lembaga Televisi Siaran Pendidikan yang dikelola oleh swasta yang bernama Televisi Pendidikan Indonesia [TPI].
Dewasa ini siaran televisi menampilkan program dan acara-acara dengan berbagai bentuk, yaitu cerdas cermat, dialog interaktif tentang persoalan politik, ekonomi, pendidikan, hukum, agama, dan persoalan sosial kemasyarakatan. Untuk program pendidikan agama, televisi begitu berperan dalam menyampaikan atau menayangkan pesan-pesan pendidikan agama melalui mimbar agama, hikmah fajar, dan dalam bentuk program yang lain. Apabila diperhatikan, pada setiap bulan Ramadhan acaran-acara tayangan televisi begitu syarat dengan pesan pendidikan agama Islam yang disajikan dalam bentuk ceramah, dialog interaktif, diskusi, dan ditayangkan pada menjelang buka puasa, menjelang sahur, setelah subuh, dan juga diselingi dengan hiburan-hiburan [lagu-lagu] yang bernafaskan dan bernuansa relegius.
Televisi, sebagai media pendidikan dan pengajaran tentu tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kekurang media televisi sebagai berikut :
1] Kelebihan Televisi, sebagai berikut :
Kelebihan Media Televisi, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Memiliki daya jangkauan yang cukup luas.
[b] Memiliki daya tarik yang besar, karena memiliki sifat audio visualnya.
[c] Dapat mengatasi batas ruang dan waktu.
[d] Dapat menginformasikan pesan-pesan yang aktual.
[e] Dapat menampilkan objek belajar seperti benda atau kejadian aslinya.
[f] Membantu pengajar memperluas referensi dan pengalaman.
[g] Sebutan televisi sebagai “jendela dunia”, karena membawa khalayak untuk dapat melihat secara langsung peristiwa, suasana dan situasi tempat, kota, daerah-daerah yang di belahan dunia.

2] Kelemahan Media Televisi, sebagai berikut :
Kelemahan Media Televisi, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
[b] Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat.
[c] Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk terjadinya umpan balik. Tetapi kelemahan ini, sudah mulai teratasi dengan beberapa program acara siaran yang dilakukan dialog langsung [dialog interaktif] dengan bantuan telephon.
[d] Sulit dikontrol, terutama jika terkait dengan soal jadwal belajar di sekolah.
[e] Mudah tergoda pada penyajian acara yang bersifat hiburan, sehingga suasana belajar kurang serius dan kurang efektif .

b. Media Video - VCD
Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui medium videio dan video compact disk [VCD]. Sama seperti medium audio, program video yang disiarkan [broadcasted] sering digunakan oleh lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran. Video dan televisi mampu menayangkan pesan pembelajaran secara realistik. Video memiliki beberapa features yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu features tersebut adalah slow motion di mana gerakan objek atau peristiwa tertentu yang berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari oleh “pembelajar”. Slow motion, adalah kemampuan teknis untuk memperlambat proses atau peristiwa yang berlangsung cepat. Video dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari objek dan mekanisme kerja dalam mata kuliah tertentu.
Media VIDIO – VDC, sebagai media pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1] Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara.
2] Dapat digunakan untuk sekolah jarah jauh
3] Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat proses atau peristiwa yang berlangsung.

Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran juga tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan dan kelemahan media Vidio dan VCD, sebagai berikut :
1] Kelebihan Media Vidio dan VCD, sebagai berikut :
Kelebihan Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar.
[b] Sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemacu atau memotivasi “pembelajar” untuk belajar
[c] Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik
[d] Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan dengan teknik mengajar secara cemah dan diskusi persoalan yang ditayangkan.
[e] Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari “pembelajar”.
[f] Portable dan mudah didistribusikan.

2] Kelemahan Media Vidio dan VCD, adalah :
Kelemahan Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
[b] Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat.
[c] Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk terjadinya umpan balik.
[d] Mudah tergoda untuk menayangkan kasset VCD yang bersifat hiburan, sehingga suasana belajar akan terganggu.

Untuk pembelajaran pendidikan agama Islam, media video dan VCD dapat digunakan untuk menayangkan materi pelajaran pendidikan agama Islam yang dikemas dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi, dan metode. Contoh, dapat dikemas suatu program vidio dan VCD untuk materi pelajaran ibadah haji, merukti [merawat] jenazah, materi pelajaran salat, materi pelajaran membaca al-Qur’an, dan sebagainya, sehingga “pembelajar” akan aktif melihat, mendengarkan, mengamati, menafsirkan dan “pembelajar” dapat mempraktekan apa yang telah disajikan lewat program vidio dan VCD tersebut.

c. Media Saund Slide [Slide Bersuara]
Slide, merupakan media pembelajaran yang bersifat audio visual. Secara fisik, slide suara adalah gambar tunggal dalam bentuk film positif tembus pandang yang dilingkapi dengan bingkai yang diproyeksikan. Penggunaannya dapat dikombinasikan dengan audio kasset, dan dapat digunakan secara tunggal tanpa narasi. Pada umumnya jika digunakan untuk keperluan instruksional, sehingga slide dapat dibuat secara berseri dan berurutan serta dikombinasikan dengan au-dio kasset. Maka slide yang dikombi-nasikan dengan audio kasset disebut dengan saund slide [slide bersuara], yaitu penyajian bahan pelajaran yang dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan slide secara berurutan yang dikombinasikan atau dilengkapi dengan audio kasset.
Sebagai media pembelajaran, slide suara dapat menyajikan gambar yang tetap dengan urutan yang tetap, sehingga menjamin keutuhan pelajaran dan gambar tidak mudah hilang, terbalik, atau berubah urutan jika teknik pengemasannya benar dan baik. Misalnya, menyajikan materi pelajaran tentang cara mengerjakan salat, maka perlu dikemas secara berurutan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Pelajaran ibadah salat yang ditampilkan dengan mengguna-kan media slide dapat dikom-binasikan dengan audio kasset sangat membantu pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas, karena selain pembelajar dapat melihat tiap gerakan salat dari gambar yang ditayangkan secara berurutan dan juga sekaligus mendengarkan baca-an-bacaan salat. Maka yang perlu diperhatikan adalah teknik pengepakan atau pengemasan program pengajaran antara filmstrp slide dengan audio kasset secara benar dan baik untuk suatu sajian materi pelajaran melalui media slide suara [Saund Slide].
Saund Slide, sebagai media pembelajaran juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan tersebut, sebagai berikut :

1] Kelebihan Media Saund Slide
Kelebihan Media Saund Slide, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Dapat menyajikan gambar dengan proyeksi depan maupun belakang.
[b] Portable, berukuran kecil, dan mudah didistribusikan sehingga praktis penggunaannya.
[c] Dapat dikontrol sesuai dengan keinginan pengguna, sehingga memungkinkan untuk dihentikan secara spontan dan dapat diselingin dengan tanya jawan dan diskusi singkat.
[d] Memberikan visualisasi tentang objek belajar seperti apa adanya atau autentik, sehingga dapat mengkonkretkan objek belajar bagi pembelajar.

2] Kelemahan Media Saund Slide
Kelemahan Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
[a] Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal.
[b] Untuk memproyeksikan slide proyektor memerlukan penggelapan ruang.
[c] Gambar yang disajikan tidak bergerak [gambar mati], sehingga sedikit banyak kurang menarik, terutama jika dibandingkan dengan telefilis dan film.
[d] Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat secara praktis dapat dihidupkan dan diputar disegala tempat.
[e] Cukup rumit pembuatannya, karena harus memiliki camera foto dan memiliki keahlian fotografi yang benar-benar mumpuni .

Perlu diketahui, bahwa media Saund Slide ini jarang atau mungkin tidak pernah digunakan dalam proses pemebelajaran di kelas, karena selain pengadaannya mahal juga cukup rumit untuk mengemas programnya dan juga diperlukan keahlian pengajar dalam memotret objek, suatu perbuatan [contoh: praktek salat], dan suatu peristiwa yang akan disajikan dalam program pembelajaran di kelas.

1 comment:

  1. kan nyari nya bukan ini aku tuh nyari Auditif tau

    ReplyDelete