Apa yang terbersit dalam benak anda ketika mendengar kata "filsafat"?
Pada umumnya kita berpikir bahwa filsafat merupakan sesuatu yang rumit dan dalem, sehingga perlu mengerutkan dahi untuk memahaminya. Kebanyakan orang berpikir bahwa filsafat adalah sesuatu dengan istilah-istilah yang sulit dipahami, seperti ontology, epistemology, hermeneutika, fenomenologi, dan masih banyak istilah sulit lainnya. (bahkan untuk hanya sekedar mengingatnya pun susahnya setengah mati)
Namun pada dasarnya, filsafat adalah sesuatu yang sederhana, bukan semacam barang mewah yang mesti membuat kening berkerut. Ketika seseorang bertanya pada dirinya sendiri, Siapakah aku? Dari manakah aku berasal? Sesungguhnya orang itu telah berfilsafat.
Melalui novel "Misteri Soliter”, Jostein Gardeer menggelitik daya nalar kita dengan lembut dan cerdas. Buku ini berkisah tentang perjalanan seorang bocah jenius bernama Hans Thomas bersama ayahnya, seorang filsuf pemabuk, menuju ke Athena -tempat kelahiran filsafat- demi mencari ibunya yang sedang 'mencari jati diri'. Cerita tentang perjalanan mereka dipenuhi dengan hikmah dan pemikiran-pemikiran filosofis. Penulis, yang merupakan penulis buku filsafat terlaris "Dunia Sophie", dengan pandainya memadukan imajinasi, fantasi, mitologi, filsafat dan bahkan pendidikan.
Dalam perjalanannya, Hans Thomas secara 'kebetulan' (meskipun tak ada yang benar-benar 'kebetulan' di dunia ini) menerima sebuah buku kecil, bahkan sangat kecil, hingga tidak dapat dibaca tanpa menggunakan kaca pembesar yang 'kebetulan' pula telah diterimanya sebelum ia menerima buku tersebut. Nah, buku kecil inilah yang berisi kisah seorang pelaut yang terdampar di sebuah pulau yang ajaib, dipenuhi dengan keanehan-keanehan, antara lain kartu-kartu remi yang dapat hidup layaknya manusia (ingat kisah "Alice in Wonderland"). Di pulau itu pula ia secara 'kebetulan' bertemu dengan kakeknya yang telah 54 tahun hidup bersama para kartu di pulau itu. Si kakek pun belum dapat mengetahui dari manakah kartu-kartu itu berasal, apakah dari fantasinya, ataukah….(tapi mengapa mereka terasa begitu nyata?)
Kisah dalam buku tersebut seperti bertautan dengan kisah perjalanan dan kehidupan Hans Thomas, si bocah dengan kaca pembesar. Selain itu pula, banyak 'kuliah-kuliah' ayah Hans Thomas yang mungkin akan membuat kita menjadi tersadar, bahwa ternyata selama ini kita telah 'terlena'.
Kehidupan merupakan sebuah misteri yang dipenuhi dengan teka-teki. Namun tak banyak orang yang mampu memecahkannya atau bahkan memikirkannya sekalipun. Coba kita perhatikan sekeliling kita, banyak orang yang tergesa-gesa sibuk dengan urusannya, sibuk dengan rutinitasnya tanpa memikirkan mengenai hakikat kehidupan yang sedang dijalaninya.
Novel ini mungkin sudah berumur 12 tahun, sejak pertama kali diterbitkan, namun isi yang dikandungnya senantiasa up to date. Dan mungkin anda yang telah berumur lebih tua dari buku ini (atau malah sudah berkali-kali lipat), belum pernah sekalipun memikirkannya.
Harapannya, paling tidak dengan novel ini, kita –para santri- tidak hanya menjadi orang yang terlena dengan rutinitas kita. Sholat dan ibadah lain yang kita jalani sehari-hari sejatinya bukan hanya rutinitas yang perlu dilaksanakan, tapi ada hakikat lain yang perlu kita sadari bersama, sehingga akan muncul suatu rasa yang dalam terminologi santri disebut dengan khusyu'. Dengan membaca novel ini, kita akan memulai (bukan hanya berhenti pada apa yang 'diajarkan' buku ini) menyadari keajaiban di sekeliling kita. Dan pada akhirnya akan mempertebal keimanan dan kekaguman kita pada Pencipta keajaiban tersebut. Semoga…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment